Wednesday, June 10, 2015

Kekerasan Anak Selain Kasus Angeline Di Indonesia

Kasus menghebohkan anak hilang kemudian ditemukan sudah tanpa nyawa yang bernama Angeline ini sungguh sangat mengiris hati kita bahwa masih ada manusia yang dikatakan memiliki hati yang mulia tega melakukan hal yang sangat mengerikan pada seorang anak titipan Tuhan yang seharusnya di jaga. Sahabat anehdidunia.com seorang anak manis yang kelak akan memelihara orangtuanya kini sudah tidak ada lagi, seorang malaikat sudah kembali kepada-NYA. Kasus kekerasan pada anak umumnya terjadi di rumah dan sekolah. Yang membuat hati miris: pelaku kekerasan seringkali adalah orang-orang terdekat, bahkan keluarga anak itu sendiri, yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak itu sendiri. Dari sekian banyak kasus kekerasan anak, berikut kasus kekerasan dan penganiayaan anak di Indonesia


Arie Hanggara
Sahabat anehdidunia.com Arie Hanggara merupakan kasus terbesar sepanjang sejarah Kekerasan Anak di Indonesia yang melegenda dan dikenang banyak orang hingga hari ini. Lahir tahun 1976, Arie Hanggara harus tewas mengenaskan di tangan kedua orang tua kandungnya, Machtino bin Eddiwan dan Santi binti Cece. Pada saat meninggal, Arie beusia 8 tahun (meninggal : 8 November 1984).  Arie adalah anak yang dianggap sering bikin ulah. Karena kenakalannya, Arie sering kali mengalami pukulan dan siksaan dari kedua orang tuanya. Karena sering disiksa, Arie akhirnya tewas. Atas tindakan kedua orang tua Arie Hanggara tersebut, mereka akhirnya dihukum mati dan tidak menerima grasi dari Presiden.

Penganiayaan Bayi Di Pertamina Baby Care
Tanggal 4 September 2014, sebuah kasus mengemparkan terjadi di Highreach Baby Care yang terletak di lantai dasar gedung Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat. Lewat rekaman CCTV, seorang karyawan Pertamina bernama Lisa melihat bagaimana anaknya yang berusia 14 bulan dan dititipkan di baby care tersebut disiksa dengan sangat biadab. Tubuh anak itu ditimpa kasur busa, dilempar ke kasur, digendong dengan kasar, diayun dengan kencang pada ayunan hingga kepalanya terpentok dinding. Rekaman CCTV selama 8 jam itu memperlihatkan aksi penyiksaan biadab para pengasuh baby-care tersebut. Aksi biadab ini diketahui setelah Lisa mempertanyakan wajah anaknya yang legam. Pengasuh baby-care menjelaskan kalau anak itu terjatuh sehingga wajahnya legam. Tidak terima dengan penjelasan sang pengasuh, Lisa mengecek rekaman CCTV dan menyaksikan adegan brutal dan biadab itu. Lisa kemudian melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Sebagai tindak lanjut laporan tersebut, kini baby care itu sudah ditutup.

Renggo Khadafi
Sebuah kasus kekerasan anak di sekolah yang cukup menghebohkan terjadi pada tanggal 28 April 2014 silam. Korbannya bernama Renggo Khadafi, anak berusia 11 tahun, siswa kelas V SDN Makasar 09 Pagi, Jakarta Timur. Pelaku penganiayaan adalah kakak kelas Renggo, berinisial SY (12 tahun). Kejadiannya berawal dari masalah yang sangat sederhana. Saat istirahat, tanpa sengaja Renggo menjatuhkan air es seharga Rp 1,000 yang dibeli sang kakak kelas. Tidak terima air esnya dijatuhkan, SY kemudian memukuli Renggo seperti kesetanan. Renggo tewas keesokan harinya setelah pada malam harinya muntah darah. Atas kejadian ini, pada tanggal 16 Mei 2014, Kepala Sekolah SDN 09 Makasar Sri Hartini dicopot jabatannya oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta karena dinilai lalai dalam mengawasi anak-anak sehingga timbul kasus kematian anak didik sekolah tesebut. Sementara SY tidak dipenjara dan hanya dititipkan ke Panti Sosial, mengingat usianya yang masih belia.

Vinker Belle
Sungguh tragis nasib Vinker Belle, remaja berusia 16 tahun. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Vinker dirawat oleh ibu tirinya, berinisial ML. Sejak itu, hidupnya bagai di neraka. Selain diperlakukan sebagai pembantu, Vinker banyak mengalami pukulan dan siksaan yang nyaris tanpa perikemanusiaan. Akibat siksaan itu, telinga Vinker menjadi tuli dan terus-menerus mengeluarkan cairan. Diduga cairan tersebut merupakan infeksi akibat luka di gendang telinga Vinker. Setelah disiksa, pada tanggal 12 September 2014, Vinker ditinggalkan begitu saja di jalan oleh ibu tirinya. Sang anak yang bingung dibiarkan terlunta-lunta di jalan, dan kemudian ditolong oleh warga di Kaliburu, Cilincing, Jakarta Utara. Saat ini Vinker yang masih trauma dirawat dan didampingi oleh petugas Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Suku Dinas Sosial Jakarta Utara dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

Iqbal Amarullah
Kasus miris terjadi pada tahun 2013 silam di Jakarta. Seorang anak berusia 3.5 tahun bernama Iqbal Amarullah diculik mantan kekasih ibunya, Dadang Supriatna. Penculikan tersebut terjadi bulan Desember 2013 di Atrium Senen. Selama diculik dan disekap Dadang, Iqbal banyak mengalami kekerasan fisik yang luar biasa sadis. Berdasarkan hasil visum ditemukan dada Iqbal ditusuk paku panas sebanyak 15 kali, kulit kemaluannya digunting, dan kemaluannya bengkak serta bernanah akibat infeksi setelah ditendang Dadang.Selain disiksa, Iqbal juga dimanfaatkan Dadang untuk mencari uang dengan mengemis. Iqbal berhasil diselamatkan setelah ditemukan saksi dalam keadaan terluka di wilayah Pademangan, Jakarta, tanggal 14 Maret 2014 silam. Dadang saat ini sudah ditahan dan divonis hukuman penjara 13 tahun dengan dakwaan penculikan dan penganiayaan (Pasal 80 dan UU RI No. 23 tahun 2012 tentang perlindungan anak).

Anak Anak Panti Asuhan Samuel
Awal Februari 2014 silam, mencuat kasus yang cukup memilukan dan bikin miris. Sebuah panti asuhan di Jakarta yang dikenal dengan sebutan Panti Asuhan Samuel ditengarai melakukan penganiayaan dan penyekapan terhadap anak asuhnya sendiri. Hal ini bermula dari kaburnya beberapa anak asuh di panti asuhan tersebut dan mengadukan nasib mereka kepada beberapa orang donatur. Saat menemui para donatur, kondisi anak-anak tersebut lusuh, tidak terawat, dan ada bekas luka. Tanggal 10 Februari 2014, kejadian tersebut dilaporkan ke Mabes Polri yang kemudian ditindaklanjuti Polda Metro Jaya pada 19 Februari 2014. Pada saat diperiksa, ditemukan para anak tinggal dalam kondisi yang menggenaskan dan rumah panti asuhan berada dalam kondisi tidak layak tinggal. Pada saat itu, ditemukan ada dua bayi dalam kondisi demam. Melalui visum, ditemukan bayi tersebut mengalami pelecehan seksual dengan bekas gigitan di hidung, pipi, dan kemaluan. Selain itu, juga ditemukan adanya bayi yang pernah meninggal saat dirawat di panti tersebut. Beberapa anak juga ditemukan dalam kondisi luka di kepala yang diduga karena mengalami tindakan kekerasan. Dengan banyaknya bukti-bukti tersebut, tanggal 24 Februari 2014, rombongan Komnas PA yang diwakili Arist Merdekat Sirait memutuskan untuk mengevakuasi semua anak di panti asuhan yang terletak di Cluster Michelia, Summarecon Gading Serpong, Tangerang tersebut.

Arin Dan Ayen
Tanggal 18 April 2012 silam, hidup dua orang balita bernama Arin (5 tahun) dan Ayen (3 tahun) yang tinggal di Tulungagung, Jawa Timur, harus berakhir tragis. Keduanya digorok ibunya sendiri, Yahmi. Sang ibu diduga mengalami gangguan kejiwaan sehingga sempat dirawat di Ruang Tahanan Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung. Yahmi, ibu dari Arin dan Ayen adalah mantan TKW di Singapura yang diduga stres karena beban ekonomi yang berat setelah diceraikan suaminya setahun sebelumnya, dan menelantarkan dirinya. Kepada polisi, Yahmi mengaku kalau pembunuhan tersebut telah direncanakannya tiga hari sebelumnya. Kedua anaknya digorok dengan menggunakan sabit.

Aisyah Funi
Satu lagi kasus mencengangkan tentang ibu yang membunuh anaknya. Kali ini terjadi di Jawa Barat, tepatnya di Kampung Cijeunjin, Desa Kertamulya Kecamatan Padalarang, Bandung Barat. Tanggal 12 Maret 2014 silam. Adalah DUF, ibu beranak tiga ini yang melakukan pembunuhan. Dari pengakuannya, secara mengejutkan DUF mengatakan kalau dia tadinya berniat membunuh ketiga anaknya. Namun karena anak pertama dan kedua sudah cukup besar serta melakukan perlawanan, hanya Aisyah yang berusia 3.5 tahun sajalah yang dihabisinya. Anak bungsunya tersebut dibunuh dengan cara ditenggelamkan ke dalam bak penampungan air berukuran 1,000 liter. Tidak ada perasaan bersalah dalam diri DUF saat menghabisi anaknya. Dia bahkan puas karena "berhasil mempercepat kehidupannya biar masuk surga, biar anak-anak saya tidak menderita di masa hidupnya", demikian ungkapan DUF saat membeberkan alasannya melakukan pembunuhan.

Nur Aina
Juni 2014 silam, seorang balita bernama Nur Aina (4 tahun) tewas di tangan ayahnya, Tarmizi, warga yang tinggal di Blok C Tiban I, Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam. Alasan pembunuhan yang dilakukannya lantaran alasan yang sangat sederhana : karena Nur Aina sering berkelahi dengan kakaknya, Khairil (6 tahun). Saat pulang dari bekerja sebagai tukang cukur rambut, Tarmizi mendapati Aina dan Khairil sedang bertengkar di rumah. Kesal - karena kelelahan bekerja - dan entah karena setan apa yang sedang merasuk dirinya, Tarmizi langsung mengangkat dan membanting Aina ke lantai bagaikan boneka. Kontan Aina langsung tewas. Dalam pemeriksaan forensik, ditemukan tubuh Nur Aina penuh dengan luka-luka. Sejumlah luka di kepala tampak jelas, bahkan beberapa bagian kepala tidak tumbuh rambut lagi karena penganiayaan berat. Di pundak kiri terdapat luka lebar yang membengkak. Selain itu, di tubuh Aina juga ada bekas siraman air panas dan sayatan benda tajam. Dari penyidikan selanjutnya, ditemukan ibu Nur Aina - Erlinawati - ternyata juga sering menganiaya anaknya tersebut. Erlinawati sering memukul dan menyiksa korban menggunakan kayu rotan dan ikat pinggang. Selain itu, Erlinawati mengakui pernah menyiram Aina dengan air panas. Hal ini dilakukan Erlinawati karena kesal anaknya itu bandel dan nakal sekali. Tapi apakah anak yang nakal harus disiksa sampai demikian kejam?

Tujuan dari postingan kali ini adalah untuk renungan kepada kita semua bahwa peran orang tua, keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh kepada keselamatan dan pertumbuhan anak. Tetaplah menjadi pelindung untuk anak anak titipan Tuhan, dan berkaca dari kasus kekerasan dan penganiayaan anak di Indonesia agar tidak terjadi lagi kekersan di dunia ini. Rawatlah anak anak dengan segenap cinta dan kasih anda. Semoga bermanfaat 


referensi:
http://psychopath-diary.blogspot.com/2014/09/10-kasus-kekerasan-anak-paling.html

No comments:

Post a Comment